Kenal Lebih Dekat

72,25% menunjukkan indeks tingkat kemampuan membaca Al Quran pada level cukup dan kurang.
Artinya kemampuan membaca dengan baik dan benar masih kurang dari 30% penduduk muslim di Indonesia (Riset Tim Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta)

Tingkat Kesejahteraan Guru TPQ rendah
Dewasa ini tingkat kesejahteraan guru TPQ masih tergolong rendah, tidak setara dengan pengabdian yang diberikannya. Padahal, tanpa jasa guru tidak akan mungkin lahir generasi bangsa berkualitas begitu saja.

Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja
Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri. (Dept Geografi Lingkungan UGM, 2020)

Kenakalan Anak Usia Sekolah masih Tinggi dalam lima tahun terakhir
KPAI mencatat data korban dan keterlibatan tawuran anak masih tinggi sejak tahun 2016. Oleh karena itu pendidikan iman dan adab harus menjadi pengajaran utama sebelum materi yang lain.

Cyber Crime yang Menyasar Anak dan Remaja Indonesia
Berkembang pesatnya Teknologi melampaui ruang dan batas memudahkan serta membuat candu bagi penggunanya, bagi anak yang belum bisa menyaring informasi serta apa yang dilihat dalam gawai yang dimainkannya bisa menjadi jalan mereka untuk terjebak dalam kejahatan berbasis digital seperti penculikan, bullying, dll.

Meninggalkan Generasi bermental lemah
Generasi yang memiliki pola pikir kurang berkembang (fixed-mindset) cenderung menghindari tantangan hidup. Mereka mudah menyerah, merasa terancam, dan mengalami intimidasi jika melihat keberhasilan orang lain sehingga semangat untuk terus belajar hilang.

Kurangnya Kecakapan Komunikasi dan Kekayaan Bahasa
Sepanjang pengalaman pembelajaran Abata Mengajar terdapat anak-anak yang cenderung malu untuk mengekspresikan ide/gagasannya, padahal kemampuan ini penting untuk terus diasah sejak dini untuk bekal di masa depan
Apa itu Abata Mengajar
Abata Mengajar merupakan inisiasi gerakan dalam rangka pembinaan generasi masa depan. Abata Mengajar adalah rangkaian perjalanan untuk menjawab keresahan atas kesenjangan pendidikan berkualitas yang belum dirasakan merata, degradasi moral generasi bangsa, serta isu – isu pendidikan. Melihat tingginya angka krisis moral yang terjadi pada generasi muda di Indonesia pendidikan religi dapat menjadi solusi terbaik untuk menyelamatkan karakter generasi muda penerus bangsa. Abata Movement Indonesia melalui program Abata Mengajar adalah rekayasa sosial yang dibuat dengan konsep Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Dimana kegiatan dilakukan dengan menggunakan masjid sebagai pusat kegiatan. Kegiatan dilakukan sore hari dengan tujuan kegiatan ini dapat menjadi sarana tempat bermain dan belajar anak-anak di luar jam sekolah formal mereka
Abata Mengajar bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani yaitu generasi yang memiliki kecintaan terhadap Al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap Al-Qur,an mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya dan memiliki kemampuan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.
Program ini dirancang dengan kurikulum yang akan dijalankan melalui kolaborasi oleh berbagai pihak terutama kerjasama antara Abata Movement Indonesia, Takmir Masjid orang tua santri, serta masyarakat luas. Sehingga harapannya pendidikan yang dilakukan TPA menjadi kesadaran dan tanggung jawab bersama. Melalui program ini harapannya akan lahir manusia-manusia insan kamil yang akan menjadi penerus bangsa dalam menjaga bumi dan seisinya.